Kamis, 18 Maret 2010

Bakar Jembatan

Jika sudah memulai sesuatu, padamkan semua kemungkinan untuk kembali.



Kalimat tercetak tebal di atas adalah hikmah yang dapat saya ambil dari kisah yang saya baca dari Buku "Half Full-Half Empty" tulisan Parlindungan Marpaung. Dan kisah itu akan saya bagi dengan anda.

Julius Caesar adalah komandan perang yang berhasil merebut Pantai Britania karena strateginya yang cukup unik.Dalam catatan sejarah tertulis bahwa ketika Caesar berhasil mendaratkan pasukannya pada tengah malam yang dingin, sang komandan berdiam diri sejenak, sementara pasukannya sibuk merapatkan dan menyembunyikan perahu-perahu yang sudah mereka tumpangi. Mereka berpikir, setelah pertempuran selesai akan kembali lagi ke kapal induk dengan menggunakan perahu tersebut. Namun, betapa kagetnya seluruh pasukan ketika sang komandan berteriak, "Bakar semua perahu yang sudah kamu daratkan!"

Sebagai pasukan yang taat kepada komandan, merekapun dengan ragu-ragu akhirnya membakar semua perahu sampai hangus. Semua pasukan bertempur habis-habisan, karena mereka berpikir tidak akan kembali lagi. Jadi harus menang, atau mau bertempur.

Memang, sahabat, perjalanan menuju sukses kerapkali diwarnai oleh kekhawatiran sehingga terkadang membuat kita cenderung untuk kembali, bahkan mundur dari pergumulan hidup yang selalu dilalui. Hal ini pula yang membuat orang mengalami stagnasi pertumbuhan dalam meraih keberhasilan hanya karena takut tidak berhasil atau takut ditolak orang lain.

John C. Maxwell pernah mengatakan : "Kekhawatiran akan menghambat tindakan, tiadanya tindakan menuntun pada tidak adanya pengalaman, tiadanya pengalaman menuntun kita pada ketidaktahuan, dan ketidaktahuan akan melahirkan kekhawatiran"
Jadi ketakutan, jika tidak disikapi dengan baik, justru akan melahirkan sejumlah kekhawatiran baru.

Maka sekali lagi, hikmah dari kisah tadi adalah : Jika sudah memulai sesuatu, padamkan semua kemungkinan untuk kembali. Beberapa 'daya tarik' yang mampu menarik kita untuk kembali adalah keterikatan pikiran dan nostalgia kesuksesan masa lalu. Hapuskan itu dari otak kita.

Peristiwa Jenderal Julius Caesar sekaligus mengingatkan pada sebuah ilustrasi tentang seseorang yang menyeberang jembatan gantung. Begitu sampai di seberang, ia lalu mengambil api dan membakar jembatan tersebut sehingga seklipun ia berhadapan dengan binatang terbuas atau apapun yang membahayakan, ia tak akan kembali melainkan terus menghadapinya. Kalaupun terlampau berat, paling mengubah rute perjalanan.

Mari kita "bakar jembatan" kita, yaitu segala sesuatu yang membuat kita kembali dan surut ke belakang. Yang penting bukan darimana kita memulai, melainkan dimana kita berakhir. Inilah yang menggambarkan diri kita sebenarnya.






Diposkan oleh annie di 10/0